Gerakan Non Tunai dan Ekonomi Tradisional Kita


Gerakan Nasional Non Tunai yang resmi dicanangkan sejak tahun 2014 oleh Bank Indonesia mendorong masyarakat lebih peka terhadap perkembangan teknologi, khususnya pemanfaatannya dalam dunia perbankan. Betapapun hari ini teknologi sudah menjadi kebutuhan hidup dan juga sebagai gaya hidup. Sebagai kebutuhan hidup, teknologi telah menyebabkan ketergantungan masyarakat terhadap berbagai benda/ jasa hasil teknologi. sebagai contoh dalam bidang komunikasi, masyarakat sangat bergantung dengan gadget. Akses terhadap benda ini tidak lagi dianggap sebagai barang tersier melainkan sudah primer. Adapun sebagai gaya hidup, teknologi sudah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat kita. Pola-pola interaksi, baik interaksi sosial, ekonomi, politik, maupun interaksi di bidang lainnya sudah sarat dengan penggunaan teknologi.
Kemajuan teknologi diharapkan semakin meningkatkan kualitas hidup manusia. Dalam urusan ekonomi, teknologi harus mampu menjawab permasalahan ekonomi dan menjadi penolong terciptanya kegiatan ekonomi yang cepat, mudah, akurat, dan efisien. Yang pada akhirnya masyarakat akan semakin produktif dalam menggunakan waktunya serta tidak terbuang sia-sia untuk urusan ekonomi yang susah dan lambat. Untuk itu pemasyarakatan gerakan non tunai seyogyanya bisa menyentuh kepada semua lapisan masyarakat. Tidak lantas hanya golongan tertentu yang bisa merasakan manfaat kemudahannya.
Memasyarakatkan gerakan non tunai
Upaya memasyarakatkan gerakan non tunai bukanlah persoalan rumit bagi masyarakat menengah ke atas yang sudah akrab dengan penggunaan teknologi. Yang mereka butuhkan hanya ketepatan informasi dan jaminan keamanan bertransaksi. Tanpa perlu banyak memberi edukasi, penulis berkeyakinan kelompok ini akan sangat mudah beradaptasi dengan kondisi kekinian.
Yang perlu mendapat perhatian adalah kelompok Orang Kaya Baru (OKB) yang dalam proses adaptasi dengan dunia transaksi ekonomi non tunai serta kelompok masyarakat tradisional. Bagi golongan OKB biasanya cenderung masih ada kekhawatiran dengan bentuk transaksi non tunai. Mereka sudah melakukan transaksi non-tunai namun masih dalam skala transaksi yang terbatas. Kelompok ini jelas masih sangat membutuhkan edukasi yang cukup.
Sementara kelompok tradisional jelas sangatlah membutuhkan pendampingan selain juga edukasi yang baik. Mereka masih sangat awam dengan urusan transaksi non tunai. Budaya sosial masyarakat golongan ini masih memandang bahwa transaksi ekonomi masih mempersyaratkan uang tunai sebagai media bertransaksi. Kondisi ini bisa dilihat dalam praktek transaksi di pasar-pasar tradisional.
Untuk semakin mendekatkan pengetahuan masyarakat tentang transaksi non tunai serta penciptaan komunitas masyarakat yang sadar dengan gerakan non tunai, penulis mengajukan sebuah gagasan untuk mendorong lembaga keuangan mikro menjadi mitra masyarakat golongan menengah ke bawah dalam bertransaksi non tunai. Karena lembaga-lembaga ini yang paling banyak berperan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Bentuk kemitraannya dengan masyarakat bisa dengan membuka layanan khusus edukasi dan transaksi non tunai.
Masa depan lembaga keuangan mikro
Lembaga keuangan mikro berperan penting dalam mendorong pemasyarakatan gerakan transaksi keuangan non tunai. Namun melihat kenyataan bahwa masih banyaknya lembaga keuangan mikro yang belum cukup familiar dengan transaksi non tunai, maka perlu diberikan pembinaan yang cukup intensif dari pihak yang memiliki wewenang. Sehingga diharapkan benar-benar mampu menjadi mitra bagi masyarakat.
Masa depan lembaga keuangan mikro sangat bergantung pada dukungan kebijakan dan keberpihakan lembaga yang berwenang. Koperasi misalnya, lembaga ini perlu didorong agar semakin modern. Sehingga kepercayaan masyarakat terhadap lembaga ini semakin baik. Saat ini koperasi mengalami penurunan kepercayaan seiring dengan banyaknya kasus penipuan dan penggelapan uang yang banyak dilakukan oleh lembaga yang mengatasnamakan koperasi.

Dengan mendorong lembaga-lembaga keuangan mikro melakukan perbaikan layanan transaksi kepada masyarakat serta didorong sebagai pionir yang bertugas mengedukasi masyarakat tingkat bawah tentang transaksi non tunai, maka akan semakin membantu dan memudahkan Bank Indonesia untuk memasyarakatkan Gerakan Nasional Non Tunai yang saat ini memang sudah menjadi kebutuhan kita bersama.

#) ditulis oleh Kuat Pujianto, aktivis koperasi dan konsultan lembaga keuangan mikro. Tinggal dan beraktivitas di Jepara-Jawa Tengah. Tulisan ini untuk lomba blog competition tentang gerakan nasional non tunai Bank Indonesia bekerja sama dengan NET TV.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Gerakan Non Tunai dan Ekonomi Tradisional Kita"

Posting Komentar