Optimisme Koperasi Hadapi MEA
Indonesia pada akhir tahun 2015 akan menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi Asia), inilah babak baru dimana perdagangan antar negara Asia akan menjadi pasar tunggal di kawasan Asia Tenggara dengan bebas memasarkan barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran modal yang lebih bebas. Tentunya ini menjadi sebuah tantangan dan peluang bagi Indonesia untuk berkompetisi dengan Singapura, Malasia dan negara Asia lainya.
Partisipasi Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi Asia berdasarkan laporan scorecard menempati posisi ke-7 dengan tingkat implementasi mencapai 80,37% dan untuk tingkat tertinggi dicapai Singapura 93,52% disusul posisi terendah adalah Brunei Darussalam yaitu 74,57%. Hai ini menunjukan bahwa kesungguhan pemerintah Indonesia dalam mewujudkan MEA tidak perlu diragukan.
Sebagai salah satu pendiri terbentuknya Masyarakat Ekonomi Asia sudah sepatutnya pemerintah Indonesia melakukan beberapa upaya strategis baik dari lembaga pemerintah, non pemerintah serta pelaku usaha bersinergi meningkatkan perekonomian. Terkait dengan masalah ekonomi bahwa pada saat terjadi krisis ekonomi menghantam Indonesia sektor UKM (usaha kecil menegah) adalah yang mempu bertahan, oleh karena itu pemerintah diharapkan memberi perhatian lebih pada para pelaku usaha tersebut dalam hal pelaksana tugas adalah tanggungjawab dari Kementrian Koperasi dan UKM.
Keberpihakan pemerintah terhadap koperasi dan ukm tentu membawa respon positif bagi pelaku usaha mikro, ini terlihat dari kemudahan dalam proses perizinan mendirikan koperasi dan usaha yang teringtegrasi antar kementrian, pemberian kredit dengan bunga yang ringan serta mengalakan Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN) yang berlangsung tiap tahun dengan jumlah peserta mencapai 1.000 baik dari pelaku usaha dan mahasiswa dengan harapan dapat melahirkan para pengusaha baru.
Dengan kondisi ekonomi Indonesia yang mengalami penurunan pada semester pertama tahun ini memberikan kehawatiran dikalangan pengusaha karena nilai tukan rupiah yang semakin merosot, banyak hal yang mempengaruhi gejolak perekonomian Indonesia, satu diantaranya adalah faktor ekternal perekonomian Yunani yang mengalami krisis sehingga berdampak pada nilai tukar rupiah. Yang menjadi pertanyaaan, apakah dipenghujung tahun ini Indonesia siap memberlakukan Masyarakat Ekonomi Asia (MEA) ?
Rasa optimisme dalam menyongsong MEA disampaikan oleh Mentri Koperasi dan UKM Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga pada saat kunjungan kerja di Surabaya mengatakan bahwa kesiapan Indonesia dalam mengahadapi MEA adalah dengan memanfaatkan pasar modal milik Indonesia dan mengkampanyekan produk dalam negeri, dikatakanya ketika kita mampu merebut pasar modal dan kecendrungan masyarakan mencintai dan menggunakan produk dalam negeri, ini merupakan kemenangan awal untuk Indonesia siap bersaing di kawasan Asia Tenggara tandasnya.
Dampak dari penguasaan pasar domestik tentunya berimbas sistemastis terhadap perkonomian Indonesian diantaranya meningkatkan lapangan kerja, menekan angka pengangguran dan meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga dapat menurunkan kemiskinan dan kesejahteraan masyarakat meningkat sehingga angka kriminalitas menurun.
Optimisme Koperasi
Perkembangan koperasi dibelahan Asia Tenggara memang secara sistem dan kwalitas sudah lebih baik dari koperasi di Indonesia sebut saja koperasi ritel NTUC Fair Price di Singapura telah mampu mengusai 62 persen pasar ritel di negaranya, kemudian di Jepang koperasi asuransi Zenrosai dan koperasi pertanian Zen-Noh mampu memenuhi kebutuhan dan mensejahterakan anggota serta mampu berkontribusi positif pada negaranya.
Begitu hal nya dengan perkembangan koperasi di Indonesia yang kian positif melakukan upaya peremajaan sistem supaya mampu mensejajarkan diri dengan koperasi negara Asia Tenggara lainya. Diantaranya,
Pertama : meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap koperasi, ini merupayakan suatu keniscayaan lembaga akan mampu bertahan dalam waktu lama, oleh karena itu peranan pemerintah sangat berarti.
Kedua : perbaikan dan penguaatan organisasi dan kelembangaan koperasi, kabar yang berkembang dimasyarakat bahwa lembaga koperasi merupakan lembaga asal-asalan, perlu ditata ulang dari proses perizianan yang terkesan gampang dan penuh kopromi, sehingga harapanya kedepan tidak akan ditemukan lagi koperasi sejenis.
Ketiga : penggunaan tehnologi informasi yang terbaru ini dimaksudkan koperasi untuk mampu berinovasi menyamakan sistem dengan perbankan, sehingga dalam opersional tidak lagi menggunakan sistem pencatatan tradisional.
Beberapa langkah tersebut diatas telah dilakuan oleh koperasi di Indonesia seperti KSP Intidana di Jawa Tengah, koperasi pertenakan susu sapi di Jawa Barat, dan kopersi pertanian di Deli Serdang dan lain sebagainya. Dengan kesiapan sistem, peningkatan kapasitas SDM yang berjenjang, dan meningkatkan kualitas produk dalam nengeri serta dukungan pemerintah dalam bentuk regulasi dan kebijakan yang berpihak pada koperasi dan ukm, tentunya Indonesia akan lebih siap dalam menghadapi MEA pada penghujung tahun ini.
Bonus demografi juga menjadi satu peluang peningkatan ekonomi Indonesia, ini berdasarkan data statistik kependudukan bahwa sekitar setengah dari populasi yaitu 120 juta penduduk Indonesia berada pada usia produktif sehingga mampu menjadi penggerak perekonomian nasional. Hal ini pula yang membuat Indonesia mampu melewati krisis global tahun 2008-2009. Ketika ini bisa dikuasai secara maksimal dalam pasar domestik akan menjadi hal mudah bagi koperasi Indonesia mengusai pasar bebas Asia.
Satu hal yang penting adalah pemerintah memiliki peranan penting mampu mensejahterahkan masyarakat salah satunya melalui koperasi dengan memberikan pemahaman yang jelas bahwa koperasi bisa menjadi alternatif sumber ekonomi masyarakat.
Semua untuk satu, satu untuk semua, itulah ruh koperasi Indonesia
Siti Nurbaiti,
Pemandu Lembaga Pendidikan Koperasi (Lapenkop) Wilayah Jawa Tengah
Artikel ini pernah dipublikasikan di Suara Merdeka tanggal 27 Juli 2015
0 Response to "Optimisme Koperasi Hadapi MEA"
Posting Komentar